Rindang yang Tak Lagi Sama

Oleh: Pramesetya Aniendita
Gambar Naskah
Kami pernah berdiri berdampingan,
menyisir angin dan senja yang datang silih berganti.
Akar kami saling menyapa di dalam tanah,
ranting kami saling berpelukan di bawah rembulan.
Kami berbagi cerita lewat gemerisik daun,
menyambut burung-burung yang singgah mencari teduh.
Tak pernah kusangka suatu pagi yang bisu,
datang gergaji, mencuri separuh jiwaku.
Kini aku sendirian di padang yang lengang,
menatap bayang yang tak lagi berdiri di sisiku.
Setiap desir angin adalah panggilan yang tak terjawab,
setiap musim hujan adalah rindu yang tak pulang.
Burung-burung pergi, tak lagi bernyanyi di bahuku,
karena tak ada teman di sebelahku yang dulu.
Aku masih menjulang, tapi teduhku terasa timpang,
seperti langit yang kehilangan separuh bintang.
Andai rantingku bisa meraihmu kembali,
akan kugenggam erat agar tak direbut waktu.
Namun aku hanya pohon yang menunggu diam,
menyulam rinduku pada tanah yang pernah kita bagi.
Bandar Lampung, 5 Oktober 2025
Editor
Dian H. Hendrawan

Profil Penulis:

Pramesetya Aniendita, seorang pegiat literasi dan Certified Read Aloud Trainer, yang kini sedang belajar menulis multigenre. Sejak kecil ia telah jatuh cinta pada dunia literasi. Kecintaannya itu tumbuh menjadi karya. Ia mulai menulis sejak tahun 2024, dan hingga kini telah menelurkan 8 buku solo dan lebih dari 100 buku antologi. Selain menulis, Dita juga aktif mengelola komunitas literasi, di antaranya Paberland dan juga menjadi editor di Bacaan Media. Ia kerap kali diundang sebagai pemateri untuk berbagi ilmu kepenulisan dan menjadi juri di berbagai ajang literasi. Yuk, kenal lebih dekat dengan Dita di Instagram @hujan.buku.