Coba bayangkanโฆ
Bagaimana rasanya hidup di dunia tanpa permen?
Tidak ada permen karet yang bisa ditiup sampai pipi membulat seperti balon.
Tidak ada rasa manis lengket di ujung lidah setelah makan permen kapas di pasar malam.
Tidak ada toples penuh permen warna-warni di meja nenek.
Tidak ada lolipop pelangi yang bisa diputar-putar sambil jalan-jalan sore.
Tidak ada permen asam yang bikin mata merem melek karena kaget.
Dunia tanpa permen terasa seperti ulang tahun tanpa balon.
Seperti es krim tanpa cone.
Seperti main petak umpet tanpa teman.
Tapi mungkin,
di dunia itu, gigi-gigi jadi lebih kuat.
Tak ada kunjungan mendadak ke dokter gigi karena gigi kita bolong.
Tak ada permen yang menempel di rambut adik karena dia tidur sambil makan.
Tak ada rebutan permen terakhir yang bikin tangis meledak seperti kembang api.
Tetapi tetap sajaโฆ
Aku rindu suara bungkus permen yang dibuka diam-diam di kelas.
Aku rindu mencicipi permen baru yang dibawa ayah sepulang dari luar kota.
Aku rindu rasa bahagia sekecil sebutir permen.
Kalau dunia betul-betul tanpa permen,
biarkan aku menyimpannya di dalam ingatan.
Satu, dua, tiga butir manis di hati.
Untuk dikenang. Untuk dirasa.
Tanpa harus benar-benar ada.